Langsung ke konten utama
Sekalipun wahyu Allah ditambah dan undang-undang negara terus disempurnakan, dan kecerdasan intelektual manusia dilipatgandakan hingga ribuan kali, jika pengkhianatan kesadaran terhadap kejujuran, keadilan, toleransi dan belas kasihan terus dilakukan, maka kita akan terus melihat adanya ketidakadilan, korupsi, berbagai unjuk rasa, teror, dll sebagai wujud cermin merosotnya peradaban manusia.

Oleh sebab itu melalui teks ini saya menemui Bapak Presiden, para senator anggota dewan, para pemuka agama, toloh-toloh politik, para intelektual serta berbicara kepada seluruh rakyat Indonesia bahkan kepada masyarakat dunia.

1. Jangan membaca Kitab Suci serta hukum Undang-Undang Negara dengan mata kaki, setelah mengerti kebenaran, keadilan, kejujuran dan pentingnya persatuan persaudaraan lalu diinjak-injak seperti Babi menginjak-injak emas mutiara. 

2. Jangan mengubah Firman Tuhan sebagai landasan kedudukan dasar kebahagiaan tertinggi menjadi pedang Iblis untuk menimbulkan permusuhan, pemberontakan, melawan pemerintah serta menimbulkan berbagai bencana kemanusiaan. Jangan menghakimi wahyu Allah dan jangan mengadu domba wahyu Allah seolah-olah Anda lebih mengerti maksud tujuan Allah dan lebih berkuasa dari Allah. Jangan merampok hak azasi kemerdekaan Tuhan untuk disembah dan hadir kepada UmatNya.


3. Jangan menganggap Tuhan itu gila hormat yang mudah jatuh hati karena disanjung namaNya Maha Kuasa, maha Pengampun dan Maha Tahu, tetapi Anda mempermainkan pengampunan dan kekuasaan Allah dengan berbagai kejahatan. Jangan menyebut nama Allah dengan tidak hormat, sedang kaki tangan dan sikap hidup sehari-hari memberi inspirasi dan mendorong orang lain untuk berbuat jahat.

4. Jangan menipu Tuhan dengan megahnya rumah Ibadah, menyuap Tuhan dengan ibadah ataupun persembahan tetapi diluar rumah Ibadah keadilan, cinta kasih, toleransi dan perdamaian diabaikan.

5. Jangan mengalihkan, menyembunyikan, memindah-mindahkan dosa kesalahan yang orang lain / negara tidak dapat menuntut karena Anda berkuasa, berpengalaman, lebih pandai, berani dan nekad.

6. Jangan melempar dosa meminjam tangan orang lain sehingga seolah-olah Anda tampak bersih suci seperti emas tak berkarat, padahal hidung orang lain yang busuk seperti saya ini juga mengenali dan mencium kejahatan Anda.

7. Jangan menerima uang haram dengan mengatakan atau tidak mengatakan sesuatu baik pada waktu kampanye, berkhotbah, didalam sidang pengadilan atau dimanapun Anda berada sehingga uang haram itu kelihatan sebagai berkat Tuhan, padahal Anda telah bekerjasama dengan Iblis melawan Tuhan, melawan  Negara / Pemerintah.

8. Jangan mencemari Bulan Suci Romadhan dengan berpesta pora secara terbuka seperti takut mati kelaparan, sedang pemerintah selalu menyediakan kebutuhan sandang pangan dll untuk kebahagiaan rakyatnya.

9. Pemerintah adalah wakil Tuhan untuk membagikan berkat Tuhan atas kekayaan alam dan intelektual sehingga rakyat dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh sebab itu jangan memberontak, jangan menyusahkan pemerintah, jangan mencuri hak milik pemerintah. Yang mendanai negara ini adalah para pengusaha pembayar pajak. Karena itu demo dalam jumlah besar jangan dilakukan, baik atas nama persatuan para buruh, atas nama toleransi, solidaritas keyakinan agama dll. Dengan cara apa seseorang dapat melakukan balas budi atas kebaikan Pemerintah, sekalipun tidak membayar pajak dan tidak memiliki kontribusi apapun seperti saya ini dapat menikmati berbagai fasilitas yang disediakan pemerintah.


Pantekosta, 25 Mei 2017
D.Sunandoro.


Komentar